Jumat, 04 Mei 2012

Jurnal 10: Ospek: Perlukah? (Tema bebas)

Membuat jurnal (pribadi) merupakan salah satu jenis tugas dari mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah (Logpenil) selain pembuatan literarur review dan menulis esai. Tugas ini biasanya diberikan setiap minggunya (per minggu dua judul jurnal) dengan tema bebas maupun ditentukan oleh dosen. Dahulu, pemberian tugas ini didak didahului dengan penjelasan mengenai apa itu jurnal (yang dimaksud dalam konteks tugsa mata kuliah ini), apa saja kontennya, maupun bagaimana format penulisannya secara mendetail. Hal ini membuat saya cukup kebingungan kala itu karena setelah browsing mengenai jurnal, informasi yang saya dapatkan hanyalah bahwa jurnal* hampir serupa dengan catatan harian.  Dengan bekal pengetahuan tersebut (yang hingga saat saya menulis kalimat ini pun saya belum yakin benar apakah memang benar jurnal yang dimaksud oleh dosen saya adalah jurnal yang demikian) dan beberapa jawaban-jawaban dari beberapa teman atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, akhirnya (mau tidak mau) saya tulislah jurnal demi jurnal. Terlepas dari benar tidaknya konten maupun format penulisannya, berikut jurnal yang pernah saya buat guna memenuhi tugas pembuatan jurnal Logpenil mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah semester 1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia beserta nilai yang saya peroleh. Semoga bermanfaat :)

=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================

                                                    
                                                                     JURNAL 10
                                                                        Putrie Kusuma Wardhani
                                                                                        1106002583/LogPenIl A

        
Ospek: Perlukah?

            Pada Kamis, 15 Desember 2011 lalu, pada kelas Logika dan Penulisan ilmiah A Fakultas Psikologi UI yang saya ikuti diadakan suatu debat. Debat tersebut antara tiga mahasiswa yang pro dengan diadakannya Ospek dengan tiga mahasiswa lainnya yang kontra dengan hal tersebut. Debat berlangsung cukup menarik dan mampu membuat saya turut berpikir pula tentang perlu tidaknya Ospek walau dalam hati. Menurut saya sendiri, Ospek perlu dilaksanakan. Hanya saja harus dalam batas kewajaran dan tidak melenceng dari tujuan awalnya, mengenalkan mahasiswa baru terhadap dunia kampus baru mereka.
            Saya pun sebagai mahasiswa baru Fakultas Psikologi UI selama dua hari di bulan Agustus dan mulai awal September hingga awal Oktober mengalami serangkaian kegiatan Ospek tingkat fakultas yang di sini dinamakan PSAF dan masa Prosesi. Di masa Ospek tersebut kami dituntut untuk mengerjakan berbagai tugas yang bagi saya memang cukup memusingkan. Mulai dari membuat esai, yel-yel dan proyek angkatan, hingga tugas wawancara 64 orang meliputi mahasiswa angkatan 2011, 2010, 2009, ekstensi, S2, karyawan, dan dosen dalam waktu kurang dari dua minggu.
            Dari sekian banyak tugas tersebut, yang paling memberatkan ialah tugas wawancara. Karena tugas wawancara tersebut saya sama sekali tidak tidur seharian untuk pertama kalinya. Namun kemudian saya teringat oleh cerita salah satu kakak yang saya wawancarai bahwa apa yang saya alami pada masa Ospek belum ada apa-apanya dibanding dengan apa yang akan dirasakan setelah menempuh dunia perkuliahan beberapa saat yang akan datang. Benar saja, bagaimanapun sekarang saya terbiasa hanya tidur selama kurang dari tiga jam dalam sehari dan tidak begitu masalah ketika saya benar-benar harus begadang semalam suntuk akibat banyaknya tugas. Kiranya hal tersebut dapat terjadi salah satunya berkat pemanasan yang pernah saya lakukan semasa Ospek dulu. Dari wawancara itu saya juga banyak mendapat nasihat dan informasi mengenai Fakultas Psikologi serta bisa lebih mengenal Pembimbing Akademik saya. Tanpa tugas wawancara itu, mungkin saya tidak akan pernah berbincang cukup lama dengan para kakak senior, satpam, staff penjaga gedung, maupun mendengarkan cerita mengharukan penuh hikmah dari para cleaning service.
            Tanpa Ospek yang menuntut kami membuat yel-yel dan proyek angkatan, kami tak mungkin merasakan indahnya kebersamaan yang memicu angkatan kami semakin kompak. Tanpa bentukan kelompok yang ditentukan oleh panitia Ospek, bisa jadi saya tidak akan mengenal teman sekelompok saya hingga sekarang jika kami tidak pernah sekelas. Tanpa dibentak-bentak, mungkin kami akan sering menyakiti senior-senior kami lantaran sikap kami yang kurang hormat pada senior. Tanpa dikritik, diprotes, dan dimarah-marah pasca membuat esai dulu, mungkin kami tidak akan segan-segan melakukan plagiarism selama kuliah ini. Tanpa perintah aneh yang menuntut kami memakai tas dari karung gandum, name tag dengan tali rafia yang dikepang, dan tali kacamata yang juga terbuat dari tali rafia yang dukepang, mungkin saya tak akan memiliki memori mengesankan yang tak terlupakan saat menjadi mahasiswa baru. Yang tak kalah penting, tanpa melihat sajian Ospek yang profesional dan sarat makna dahulu, rasa bangga saya terhadap fakultas saya mungkin tak akan sebesar yang saya rasakan sekarang ini. Ternyata, semua kelelahan, ketegangan, kejengkelan, maupun rasa malu yang pernah saya alami saat ospek pun tak ada yang sia-sia belaka.

=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================

Nilai: 80
                                                                     
=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================

1 komentar: