Membuat jurnal (pribadi) merupakan salah satu jenis tugas dari mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah (Logpenil) selain pembuatan literarur review dan menulis esai. Tugas ini biasanya diberikan setiap minggunya (per minggu dua judul jurnal) dengan tema bebas maupun ditentukan oleh dosen. Dahulu, pemberian tugas ini didak didahului dengan penjelasan mengenai apa itu jurnal (yang dimaksud dalam konteks tugsa mata kuliah ini), apa saja kontennya, maupun bagaimana format penulisannya secara mendetail. Hal ini membuat saya cukup kebingungan kala itu karena setelah browsing mengenai jurnal, informasi yang saya dapatkan hanyalah bahwa jurnal* hampir serupa dengan catatan harian. Dengan bekal pengetahuan tersebut (yang hingga saat saya menulis kalimat ini pun saya belum yakin benar apakah memang benar jurnal yang dimaksud oleh dosen saya adalah jurnal yang demikian) dan beberapa jawaban-jawaban dari beberapa teman atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, akhirnya (mau tidak mau) saya tulislah jurnal demi jurnal. Terlepas dari benar tidaknya konten maupun formet penulisannya, berikut jurnal yang pernah saya buat guna memenuhi tugas pembuatan jurnal mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah semester 1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia beserta feedback yang diberikan oleh dosen saya. Semoga bermanfaat :)
=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================
Nama : Putrie Kusuma Wardhani
NPM/kelas : 1106002583/LogPeNil A
Antara Kota Besar dan Kabupaten Kecil
Sekarang ini saya memang salah satu penghuni Kota Depok, namun sesungguhnya saya berasal dari Purworejo, Jawa Tengah, sebuah kabupaten kecil dengan fasilitas amat terbatas, bahkan tak ada satu pun mall ataupun bioskop tersedia di sana Karenanya, sering saya berkhayal, andai saja kabupaten saya tercinta itu secanggih Jakarta atau kota besar lainnya dengan berbagai fasilitas hiburan yang memanjakan. Namun di sisi lain, saya juga sering berpikir bahwa saya seharusnya bersyukur hanya tinggal di kabupaten kecil yang masih kental rasa kekeluargaan antarpenduduknya, menjunjung tinggi sopan santun, tata krama, keramahan, tolong menolong dsb., tidak seperti kehidupan kota yang menurut saya kala itu begitu bobrok tidak ada positifnya sama sekali dengan pengaruh budaya barat penuh individualisme dan hedonisme, pergaulan bebas, juga kehidupan kota yang terkenal keras, kejam, dan penuh ketidakramahan.
Namun setelah sekitar sebulan saya merasakan langsung kehidupan di salah satu kota besar ini, apa yang saya pikirkan tentang kehidupan kota besar perlahan berubah. Ha l itu bermula saat saya memasuki sebuah pusat perbelanjaan di mana harga-harga di sana bukan merupakan harga pas sehingga boleh ditawar, karenanya yang terlintas di pikiran saya adalah sebuah pasar terbesar di Purworejo. Dan sungguh berbeda dengan pasar yang berserakan sampah di sana sini, becek, gelap, dan meyebarkan bau tak sedap, di pusat perbelanjaan tersebut saya melihat begitu banyak pekerja dengan seragamnya yang tetap rapid an enak dipandang membersihkan bagian-bagian mall bahkan yang menurut saya tidak perlu dibersihkan dan membuat mall begitu nyaman diitempati, bersih, wangi, terang dan sejuk. Belum lagi kesejukan yang ditumbuhkan oleh keramahan pekerja dan pelayan kiosnya. Mereka tidak kebaratan dan tetap dengan senyum ramahnya bersedia menjawab pertanyaan kami tentang letak toilet maupun bagaimana cara menggunakan toilet tanpa cibiran atas segala kekampungan kami. Terlebih, ketika dengan seenaknya saja Ayah saya menanyakan di mana letak kios yang menjual suatu produk dengan merk X di kios yang menjual produk yang sama dengan merk Y yang berarti merupakan saingannya, sang pelayan mau menunjukkannya, juga dengan senyum tanpa nada kemarahan sedikitpun. Semua itu belum tentu dilakukan oleh para pekerja toko atau pedagang di kabupaten saya. Pelayan di sana pun begitu menghormati pembeli dan yang terpenting mereka sama sekali tidak punya kebiasaan memaksa seperti pedagang pasar. Tidak masalah bagi mereka betapa pun lamanya kami melihat-melihat kios dan menyusahkan mereka dengan permintaan kami yang bermacam-macam namun keputusan akhir kami tidak jadi membeli. Dan yang lebih saya kagumi adalah pribadi penduduk kota yang ternyata begitu terbuka, ramah, supel, cepat, tangkas, penuh percaya diri, juga menyenangkan untuk dipandang karena sebagian besar dari mereka memang tampak bersih dan cantik.
Hanya saja paradigma negatif saya yang belum juga runtuh tentang kehidupan perkotaan adalah cara berpakaian dan pergaulan perkotaan yang memang jauh lebih bebas. Di sini mudah sekali menjumpai orang berlainan jenis duduk berdua, berpegangan tangan, dan beberapa tindakan yang lebih ekstrim dari kedua hal tersebut, juga orang-orang terutama dari kaum hawa yang berpakaian minim yang mana hal-hal tersebut merupakan hal yang tabu dan jarang dijumpai di kabupaten saya dahulu. Namun setidaknya semua hal di atas tadi memberi pelajaran bagi saya untuk tidak menjudge negatif sesuatu jika belum mengetahui atau melihat sendiri keadaan sebenarnya.
=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================
Seminggu kemudian, bersamaan dengan tugas jurnal perdana dan jurnal 2, dibagikanlah kembali tugas jurnal 1 tersebut kepada masing-masing mahasiswa beserta feedback dari dosen pada beberapa tugas mahasiswa. Kemudian para mahasiswa yang beruntung tugasnya telah diberi feedback diminta untuk membaginya (share) dengan mahasiswa sekelas. Saya termasuk satu di antara yang beruntung itu :p
Kata-kata yang saya bold dan underline di atas (lagi-lagi) merupakan kata-kata yang mendapan coretan, lingkaran, tanda silang, dsb. dari dosen saya karena mengandung kesalahan:
=> "Ha l", rapid an" => salah ketik, harus diusahakan sebisa mungkin pekerhaan yang dikumpulkan sama sekali tidak terdapat kesalahan pengetikan atau zero fault
=> kata "dan" tidak boleh dipakai pada awal kalimat
=> "Namun di sisi lain": double (tidak efektif) => cukup "Di sisi lain"
=> "... begitu bobrok tidak ada ..." => ... begitu bobrok, tidak ada ...
=> "kekampungan (tanpa tanda petik)" => " kekampungan", diberi tanda petik
=> "menjumpai" => dijumpai
=> "menjudge" => menilai
feedback tambahan:
"> teliti dlm ejaan, penggunaan tanda baca.
Hindari kalimat2 yg tll. panjang.
Penggunaan dan tidak boleh di awal kalimat.
Gunakan kata sambung yg > tepat"
Nilai: 80
=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================
Well, lulusan S1 Fakultas Psikologi UI memang dituntut untuk dapat menulis dengan baik ^o^ (dan penugasan pembuatan jurnal semacam ini mungkin salah satu cara pembiasaannya). Perlu diingat, sangatlah penting untuk membiasakan diri menulis dengan kalimat efektif serta zero fault. Ini akan bermanfaat sebagai bekal untuk dapat menulis ilmiah dengan baik. Hal tersebut terkait dengan status kita sebagai akademisi yang diharapkan dapat menghasilkan berbagai tulisan dan karya ilmiah. Tulisan ilmiah berbeda dengan novel ataupun cerpen. Bahasanya tidak boleh berbunga-bunga. Itulah beberapa pelajaran yang dapat saya ambil dari tugas perdana mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah Semester 1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia kala itu. Finally,
welcome to University of Indonesia, a real KAMPUS PERJUANGAN
and
WELCOME to PSYCHOLOGY UI WORLD, Pejuang! XD
=========================================================
--------------------------- SAY NO to PLAGIARISM! ---------------------------
=========================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar