Mata ajar Individu, Kesehatan, dan Masyarakat a.k.a Inkemas itu
dibagi jadi dua jenis, sebelum UTS kami sedikit banyak belajar tentang antropologi dengan dosen X and then setelah UTS dilanjutkan dengan sosiologi
dengan dosen Y. Kalau sama Pak X ini mah heuuu santai sekali deh di
kelasnya. Kayak ngak ada tegang-tegangnya sama sekali. Berasa terserah
mau ngapain aja di kelas, mendengarkan dengan seksama oke, mainan hp
juga seakan nggak masalah, tidur juga dibiarkan saja *eh. Pokoknya pas
Inkemas bisa dijadiin waktu mengistirahatkan deh jasmani rohani deh.
Bapaknya kayak nriman banget gitu mahasiswanya mau ngapain aja.
Enak sih, serasa istirahat, tapi nggak enaknya ya itu deh, karena
saking santainya dan nyaris nggak ada ketegangan sama sekali jadi bikin
ngantuk. Alhasil sering “bungentuwa”, mlebu kuping tengen metu kuping kiwa doang atau skip materi
yang disampaikannya. Pas mau UTS baru kelabakan nggak ngerti apa-apa :s
yeah, itu gue sih >,< Ada juga tuh temen saya yang entah gimana
pun keadaannya tetap semangat dan memperhatikan penjelasan sang dosen
dengan seksama sembari sesekali mengangkat tangan dan bertanya ini dan
itu. Sedangkan saya hanya bisa berdecak kagum dalam hati pada
ketangguhan itu anak sambil tetap terkantuk-kantuk susah banget konsen
>,< ebuset parah bener ye gueeeee.
Di kelas sih emang santai, tapi tugas akhirnya itu yang GAK SANTE. Ini satu-satunya tugas Inkemas sesi antropologi. Tapi sekalinya ada tugas bikin pusing tujuh keliling. Tugas kelompok. Tugas kelompok itu kayak pedang bermata dua *eaak (bener nggak ya ini analoginya –’). Di satu sisi enak bikin beban jadi berkurang karena ditanggung bareng-bareng. Diri sendiri masih buntu, ada pasokan ide dari yang lainnya. Asyik yaa ;p Taaaaaaaaaapi, nggak enaknya ya ribet. Kalau tugas individual mah mau ngerjain kapan aja, mau siang kek, sore kek, pukul 24.00 kek, dini hari atau sejam sebelum jadwal kuliah pun juga bisa. Nah kalau tugas kelompok itu koordinasinya agak ribet. Mau diskusi mesti janjian dulu pukul sekian di mana (H2 depan lift biasanya kalau kelompok gue, wkwk). Belum ngaretnya, nunggu anggota kumpul semua. Apalagi ini kelompoknya gedhe, ada sembilan orang kalau di kelompok gue. Gue salah satu dari yang suka ngaret sih >,< yaampun kayak nggak ada baik-baiknya ya gue. belum lagi kalau si A ada acara ini, si B mau ke sana, si C masih begini. Heuhh. Terus biasanya pas kumpul bagi-bagi tugas doang. Sepengalaman gue sih walaupun tuga kelompok emang akhirnya dikerjain masing-masing individu deh. Cuman si A dapet bagian ini, si B bagian itu, lalalala, entar digabungin terus diedit. Emang susah sih kalau bener-bener kerja bersama. Lebih efisien kerja bersamaan (dengan kerjaan yang berlainan). Nah itu ngerjain bersamaannya kan di rumah dan kosan masing-masing tuh, jadi entar ngumpulinnya e-mail e-mailan deh. Pokoknya kalau di sini teh modem hidup terusss. E-mail udah kayak sms aja. Kebutuhan primer deh kalau udah begini. (di SMA mah dulu mana perlu beginian :s yeah,everything is change here +_+).
Tantang tugasnya, buat gue yang konvergen dan selalu perlu detail, ini tugas instruksinya geje alias nggak jelas banget. Kurang jelas deh kalau bukan nggak jelas. Lupa sih yang lebih spesifiknya, yang jelas diminta buat makalah dan kelompok gue dapet tema kesehatan dan pendidikan. Karena ini antropologi dan gue adalah mahasiswa psikologi, entarannya ya pokoknya dikaitin sama antro dan psiko gitu deh. Dan gue bingung. Blank. Nggak ngerti mesti ngerjain apa. Untung ada temen sekelompok ;p Sisi positif tugas kelompok, kayak yang gue bilang tadi, di saat kita buntu ada pasokan ide dari yang lain. Karena gue bener-bener blank yaudah deh gue iya iya in aja diskusian kelompok (wkwk, sorry Kawan, gue kayak nggak pernah nyumbang ide aje ye >,< nah loh negatif lagi kan gue). Singkat cerita, finally kami memutuskan buat ngangkat free sexsebagai kasus utamanya terus nanti baru free sex dikaitkan sama antropologi (free sex di Indonesia dan di barat, layanan kesehatan di Indonesia dan di barat), psikologi (gimana kondisi psikis para pelaku free sex), kesehatan (dampak free sex buat kesehatan, layanan kesehatan), dan pendidikan (sex edu, hubungan berkembangnya pengetahuan dan teknologi denganfree sexdan canggihnya bidang kesehatan). Gue dapet sistem pendidikan antara Indonesia dan barat. Ngeks. Kayaknya bakal susah nih, batin gue. Dan emang bener. Susah benerrrr cari referensinya. Tapi kelompok gue baik deh terus gua banting setir disuruh nyari yang tentang kaitannya dengan psikologi. Ini gue juga bingung, ternyata susah juga cari referensinya. Tapi mendinglah, ada gambaran. Dan jeng jeng, ini hasil(sekena)nya >,<
================================================================================
Dikaitkan tentang kegiatan seksual, dengan perkembangan fisik, kelenjar, dan hormon, secara biologis usia remaja sudah siap untuk melakukan berbagai kegiatan seksual yang pada akhirnya mampu menghasilkan keturunan. Akan tetapi dengan kematangan emosi yang belum stabil, tuntutan pendidikan formal, serta budaya setempat membuat orang dengan usia remaja pada umumnya belum menikah atau dengan kata lain belum dapat melakukan berbagai kegiatan seksual yang sebenarnya secara biologis mereka sudah siap untuk melakukannya. Namun dengan kesiapan biologis tersebut, didukung dengan kondisi tertentu seperti tempat yang sepi dapat menyebabkan dilakukannya seks bebas secara serta merta oleh para remaja tanpa perencanaan sebelumnya ataupun membuat remaja terdorong untuk merencanakannya yang akhirnya keduanya berujung pada terjadinya seks bebas.
Mengenai kondisi psikis yang dialami atau dirasakan oleh pelaku seks bebas berbeda-beda antara satu dengan lainnya, tergantung pandangan masing-masing individu terhadap seks bebas dan alasan mereka melakukan seks bebas. Remaja yang melakukan seks bebas karena ancaman dari pacarnya seperti akan diputuskan apabila tidak mau menuruti kehendaknya, juga remaja yang sebenarnya tidak setuju dengan dilakukannya hubungan seks sebelum menikah serta menydari benar akan berbagai konsekuensi yang harus ditanggungnya setelah melakukan hubungan tersebut akan merasa cemas dan tertekan. Rasa cemas dan tertekan ini tentu saja tidak baik bagi kesehatan psikologis mereka. Sedangkan mereka yang setuju dengan dilakukannya hubungan seks sebelum menikah dan remaja yang melakukannya tanpa paksaan dengan landasan suka sama suka akan merasa baik-baik saja dan nyaman melakukannya. Namun tidak sebaik itu karena dampak buruk yang tidak pernah mereka sadari sebelumnya baru akan mereka rasakan setelahnya, seperti gunjingan dari masyarakat atas perubahan fisik dari remaja wanita jika remaja tersebut hamil misalnya.
Selain faktor dari dalam diri remaja itu sendiri, ada pula faktor eksternal yang mempengaruhi perasaan pelaku seks bebas yaitu budaya dan pandangan masyarakat sekitar mengenai seks bebas. Melalui suatu penelitian di sebuah kota di Indonesia ternyata 100% dari responden sebenarnya tidak setuju dengan dilakukannya seks bebas walaupun sebagian pernah pula melakukannya. Namun hal tersebut berarti mereka melakukan seks bebas dengan perasaan yang sesungguhnya tertekan dan penuh kecemasan. Sedangkan pada negara-negara yang masyarakatnya memandang seks bebas merupakan hal yang sudah cukup lazim dilakukan, para remajanya pun akan melakukan seks bebas tersebut dengan tingkat kecemasan yang lebih rendah.
================================================================================
Di kelas sih emang santai, tapi tugas akhirnya itu yang GAK SANTE. Ini satu-satunya tugas Inkemas sesi antropologi. Tapi sekalinya ada tugas bikin pusing tujuh keliling. Tugas kelompok. Tugas kelompok itu kayak pedang bermata dua *eaak (bener nggak ya ini analoginya –’). Di satu sisi enak bikin beban jadi berkurang karena ditanggung bareng-bareng. Diri sendiri masih buntu, ada pasokan ide dari yang lainnya. Asyik yaa ;p Taaaaaaaaaapi, nggak enaknya ya ribet. Kalau tugas individual mah mau ngerjain kapan aja, mau siang kek, sore kek, pukul 24.00 kek, dini hari atau sejam sebelum jadwal kuliah pun juga bisa. Nah kalau tugas kelompok itu koordinasinya agak ribet. Mau diskusi mesti janjian dulu pukul sekian di mana (H2 depan lift biasanya kalau kelompok gue, wkwk). Belum ngaretnya, nunggu anggota kumpul semua. Apalagi ini kelompoknya gedhe, ada sembilan orang kalau di kelompok gue. Gue salah satu dari yang suka ngaret sih >,< yaampun kayak nggak ada baik-baiknya ya gue. belum lagi kalau si A ada acara ini, si B mau ke sana, si C masih begini. Heuhh. Terus biasanya pas kumpul bagi-bagi tugas doang. Sepengalaman gue sih walaupun tuga kelompok emang akhirnya dikerjain masing-masing individu deh. Cuman si A dapet bagian ini, si B bagian itu, lalalala, entar digabungin terus diedit. Emang susah sih kalau bener-bener kerja bersama. Lebih efisien kerja bersamaan (dengan kerjaan yang berlainan). Nah itu ngerjain bersamaannya kan di rumah dan kosan masing-masing tuh, jadi entar ngumpulinnya e-mail e-mailan deh. Pokoknya kalau di sini teh modem hidup terusss. E-mail udah kayak sms aja. Kebutuhan primer deh kalau udah begini. (di SMA mah dulu mana perlu beginian :s yeah,everything is change here +_+).
Tantang tugasnya, buat gue yang konvergen dan selalu perlu detail, ini tugas instruksinya geje alias nggak jelas banget. Kurang jelas deh kalau bukan nggak jelas. Lupa sih yang lebih spesifiknya, yang jelas diminta buat makalah dan kelompok gue dapet tema kesehatan dan pendidikan. Karena ini antropologi dan gue adalah mahasiswa psikologi, entarannya ya pokoknya dikaitin sama antro dan psiko gitu deh. Dan gue bingung. Blank. Nggak ngerti mesti ngerjain apa. Untung ada temen sekelompok ;p Sisi positif tugas kelompok, kayak yang gue bilang tadi, di saat kita buntu ada pasokan ide dari yang lain. Karena gue bener-bener blank yaudah deh gue iya iya in aja diskusian kelompok (wkwk, sorry Kawan, gue kayak nggak pernah nyumbang ide aje ye >,< nah loh negatif lagi kan gue). Singkat cerita, finally kami memutuskan buat ngangkat free sexsebagai kasus utamanya terus nanti baru free sex dikaitkan sama antropologi (free sex di Indonesia dan di barat, layanan kesehatan di Indonesia dan di barat), psikologi (gimana kondisi psikis para pelaku free sex), kesehatan (dampak free sex buat kesehatan, layanan kesehatan), dan pendidikan (sex edu, hubungan berkembangnya pengetahuan dan teknologi denganfree sexdan canggihnya bidang kesehatan). Gue dapet sistem pendidikan antara Indonesia dan barat. Ngeks. Kayaknya bakal susah nih, batin gue. Dan emang bener. Susah benerrrr cari referensinya. Tapi kelompok gue baik deh terus gua banting setir disuruh nyari yang tentang kaitannya dengan psikologi. Ini gue juga bingung, ternyata susah juga cari referensinya. Tapi mendinglah, ada gambaran. Dan jeng jeng, ini hasil(sekena)nya >,<
================================================================================
———————————————- ^o^ SAY NO to PLAGIARISM! ^o^ ————————————————–
================================================================================
Menurut Hurlock (1973, dalam Ulfa 2010), masa remaja awal merupakan
masa yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang dengan rentang umur
belasan yaitu antara tiga belas hingga enam belas tahun, suatu masa
transisi di mana terjadi banyak perubahan pada diri seseorang baik
secara fisik, psikis, maupun sosial. Perubahan fisik dan kelenjar
mengakibatkan bertambahnya ketegangan emosi, sedangkan kondisi baru dan
tekanan sosial menngakibatkan meningginya emosi menyebabkan masa remaja
juga disebut dengan periode “badai dan tekanan” seperti yang dinyatakan
oleh Hurlock (1998, dalam Indih, 2008).Dikaitkan tentang kegiatan seksual, dengan perkembangan fisik, kelenjar, dan hormon, secara biologis usia remaja sudah siap untuk melakukan berbagai kegiatan seksual yang pada akhirnya mampu menghasilkan keturunan. Akan tetapi dengan kematangan emosi yang belum stabil, tuntutan pendidikan formal, serta budaya setempat membuat orang dengan usia remaja pada umumnya belum menikah atau dengan kata lain belum dapat melakukan berbagai kegiatan seksual yang sebenarnya secara biologis mereka sudah siap untuk melakukannya. Namun dengan kesiapan biologis tersebut, didukung dengan kondisi tertentu seperti tempat yang sepi dapat menyebabkan dilakukannya seks bebas secara serta merta oleh para remaja tanpa perencanaan sebelumnya ataupun membuat remaja terdorong untuk merencanakannya yang akhirnya keduanya berujung pada terjadinya seks bebas.
Mengenai kondisi psikis yang dialami atau dirasakan oleh pelaku seks bebas berbeda-beda antara satu dengan lainnya, tergantung pandangan masing-masing individu terhadap seks bebas dan alasan mereka melakukan seks bebas. Remaja yang melakukan seks bebas karena ancaman dari pacarnya seperti akan diputuskan apabila tidak mau menuruti kehendaknya, juga remaja yang sebenarnya tidak setuju dengan dilakukannya hubungan seks sebelum menikah serta menydari benar akan berbagai konsekuensi yang harus ditanggungnya setelah melakukan hubungan tersebut akan merasa cemas dan tertekan. Rasa cemas dan tertekan ini tentu saja tidak baik bagi kesehatan psikologis mereka. Sedangkan mereka yang setuju dengan dilakukannya hubungan seks sebelum menikah dan remaja yang melakukannya tanpa paksaan dengan landasan suka sama suka akan merasa baik-baik saja dan nyaman melakukannya. Namun tidak sebaik itu karena dampak buruk yang tidak pernah mereka sadari sebelumnya baru akan mereka rasakan setelahnya, seperti gunjingan dari masyarakat atas perubahan fisik dari remaja wanita jika remaja tersebut hamil misalnya.
Selain faktor dari dalam diri remaja itu sendiri, ada pula faktor eksternal yang mempengaruhi perasaan pelaku seks bebas yaitu budaya dan pandangan masyarakat sekitar mengenai seks bebas. Melalui suatu penelitian di sebuah kota di Indonesia ternyata 100% dari responden sebenarnya tidak setuju dengan dilakukannya seks bebas walaupun sebagian pernah pula melakukannya. Namun hal tersebut berarti mereka melakukan seks bebas dengan perasaan yang sesungguhnya tertekan dan penuh kecemasan. Sedangkan pada negara-negara yang masyarakatnya memandang seks bebas merupakan hal yang sudah cukup lazim dilakukan, para remajanya pun akan melakukan seks bebas tersebut dengan tingkat kecemasan yang lebih rendah.
================================================================================
———————————————- ^o^ SAY NO to PLAGIARISM! ^o^ ————————————————
================================================================================
Gue sadar sih yang gue emailin itu emang belum maksimal kayak asal bisa ngirimin ke koordinator kelompok gitu deh (hehe, maaf lagi Kawannnnn >,<). Keburu deadline sih (again, procrastinate effect >,<). Yah karena lagi-lagi keburu deadline yaudah deh semua dikumpulin, disatukan, dicetak, dan dikumpilkan. Huaaahhhh, lega banget mamennn XD Berasa hilang satu beban dalam hidup ini ^o^
Tapinyaaaaaaaaaaaaa, ternyata Tuhan belum mengizinkan kami berhepi-hepi ria dulu =,=” ini akan menjadi sesi yang sangat menyedihkan. Seusai UTS Inkemas kami sekelas dipanggil. Jangan pulang dulu. Lalalala~ singkat ceritta lagi pokoknya pas makalah dengan sampul bertuliskan nama-nama anggota kelompok kami (oh iya isi lengkap makalahnya sori sori jek aja nggak gue publish di sini yaa, soalnya kerjaan kelompok sih dan gue balum izin ke mereka), kami buka makalahnya daaaaaaannnn jeng jeng +_+ coretan di mana-mana, di sana sini ada, yang bikin patah hati banget itu di halaman daftar pustakanya, busetdahh huruf X ukuran font 400an kali ya nampang di sono. Sedih banget ==’. Sebenernya udah dari sampulnya ada sekitar empat catatan dari dosen yang kurang menggembirakan sih –’ oh iya, bukan kurang, BANGET. Banget nggak menggembirakannya karena sampailah kita kepada sebuah instruksi: revisi. Total. Ya, TOTAL. haaaahhhhhh, ternyata penderitaan bukannya sudah berakhir tapi baru saja dimulai (kembali) -_____________-’ Buset enak banget itu yang nggak perlu direvisi. Tapi kebanyakan juga disuruh revisi ulang juga sih. Haha alhamdulillah ada temennya ;p Inilah nggak baiknya kalau kita “gagal”, biasanya malah bakalan seneng kalau ada orang lain yang “gagal” juga, ada temen senasibnya gitu jadinya @,@ iya nggak? iya kan? udahlah ngaku aja :s coba kalau kita “berhasil”, kemungkinan bakal ada sedikit banyak kesadaran buat mendoakan atau setidaknya harapan biar temen kita bisa “berhasil” juga :)))
Balik ke makalah, katanya di makalah kami itu malah kebanyakan bahas free sexnya, padahal yang diharapkan kami banyak bahas kesehatan dan pendidikannya kemudian dikaitkan dengan pskologi (juga antropologi tentunya). Okelah fine. Jujur sebenernya gue juga agak pesimis sih sama makalah kami itu. Memang perlu direvisi tampaknya. Gue sama kelompok tetep dapet jatah yang ada kaitannya sama psikologi. Karena gue seasrama sama Arini, gue sama Arini disuruh joinan cari kesehatan dam pendidikan yang berkaitan sama psikologi. Tapi ya kayak yang gue bilang di awal lagi, emang enakan kerja bersamaan (terserah di tempat yang sama atau beda) daripada kerja bersama (dengan topik yang sama). Yaudah akhirnya gue sama Arini bukannya joinan malah bagi tugas. Hahaha. Gue milih yang kesehatan. Dan ini hasilnyaaa >,<
================================================================================Gue sadar sih yang gue emailin itu emang belum maksimal kayak asal bisa ngirimin ke koordinator kelompok gitu deh (hehe, maaf lagi Kawannnnn >,<). Keburu deadline sih (again, procrastinate effect >,<). Yah karena lagi-lagi keburu deadline yaudah deh semua dikumpulin, disatukan, dicetak, dan dikumpilkan. Huaaahhhh, lega banget mamennn XD Berasa hilang satu beban dalam hidup ini ^o^
Tapinyaaaaaaaaaaaaa, ternyata Tuhan belum mengizinkan kami berhepi-hepi ria dulu =,=” ini akan menjadi sesi yang sangat menyedihkan. Seusai UTS Inkemas kami sekelas dipanggil. Jangan pulang dulu. Lalalala~ singkat ceritta lagi pokoknya pas makalah dengan sampul bertuliskan nama-nama anggota kelompok kami (oh iya isi lengkap makalahnya sori sori jek aja nggak gue publish di sini yaa, soalnya kerjaan kelompok sih dan gue balum izin ke mereka), kami buka makalahnya daaaaaaannnn jeng jeng +_+ coretan di mana-mana, di sana sini ada, yang bikin patah hati banget itu di halaman daftar pustakanya, busetdahh huruf X ukuran font 400an kali ya nampang di sono. Sedih banget ==’. Sebenernya udah dari sampulnya ada sekitar empat catatan dari dosen yang kurang menggembirakan sih –’ oh iya, bukan kurang, BANGET. Banget nggak menggembirakannya karena sampailah kita kepada sebuah instruksi: revisi. Total. Ya, TOTAL. haaaahhhhhh, ternyata penderitaan bukannya sudah berakhir tapi baru saja dimulai (kembali) -_____________-’ Buset enak banget itu yang nggak perlu direvisi. Tapi kebanyakan juga disuruh revisi ulang juga sih. Haha alhamdulillah ada temennya ;p Inilah nggak baiknya kalau kita “gagal”, biasanya malah bakalan seneng kalau ada orang lain yang “gagal” juga, ada temen senasibnya gitu jadinya @,@ iya nggak? iya kan? udahlah ngaku aja :s coba kalau kita “berhasil”, kemungkinan bakal ada sedikit banyak kesadaran buat mendoakan atau setidaknya harapan biar temen kita bisa “berhasil” juga :)))
Balik ke makalah, katanya di makalah kami itu malah kebanyakan bahas free sexnya, padahal yang diharapkan kami banyak bahas kesehatan dan pendidikannya kemudian dikaitkan dengan pskologi (juga antropologi tentunya). Okelah fine. Jujur sebenernya gue juga agak pesimis sih sama makalah kami itu. Memang perlu direvisi tampaknya. Gue sama kelompok tetep dapet jatah yang ada kaitannya sama psikologi. Karena gue seasrama sama Arini, gue sama Arini disuruh joinan cari kesehatan dam pendidikan yang berkaitan sama psikologi. Tapi ya kayak yang gue bilang di awal lagi, emang enakan kerja bersamaan (terserah di tempat yang sama atau beda) daripada kerja bersama (dengan topik yang sama). Yaudah akhirnya gue sama Arini bukannya joinan malah bagi tugas. Hahaha. Gue milih yang kesehatan. Dan ini hasilnyaaa >,<
———————————————– ^o^ SAY NO to PLAGIARISM! ^o^ ———————————————–
================================================================================
Psikologi KesehatanDi mana ada manusia, psikologi dibutuhkan. Kalimat tersebut kiranya berlebihan. Psikologi dengan tetap sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku dan mental manusia ternyata memang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan yang manusia, termasuk aspek kesehatan. Hal ini diperkuat dengan terbentuknya sebuah divisi baru pada tahun 1978 dari American Psychological Association yaitu Psikologi Kesehatan. Psikologi kesehatan didefinisikan sebagai
“… the aggregate of the specific educational, scientific and professional, contributions of the discipline of psychology to the promotion and maintenance of health, the prevention of illness, the identification of etiologic and diasnotic correlates of health, illness and related dysfunction, and the analysis and improvement of the health care system and health policy formation” (Matarrazo, 1980 dalam Smet, 1994).”
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa psikologi kesehatan sebagai salah satu bagian dari ilmu psikologi, ilmu yang mempelajari tingkah laku dan mental manusia akan membahas salah satunya mengenai studi dan kontrol perilaku-perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, terutama perilaku yang dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Contohnya membantu orang untuk berhenti merokok dan mencegah obesitas melalui terapi perilaku dan kognitif. Selain itu juga …..
Psikologi kesehatan dipengaruhi oleh berbagai pendekatan seperti pendekatan perilaku, pendekatan kognitif-perilaku, psikofisiologi, klinis, teori sistem umum, sistem keluarga, fenomena eksistensial, dan holistic. Pendekatan perilaku dapat dilakukan melalui classical conditioning Ivan Pavlov atau instrumental conditioning B. F. Skinner.
Sedangkan pengaplikasian psikologi kesehatan ini dapat dilakukan dengan terapi, terapi krisis, training gaya hidup, program-program komunitas dan organisasi, edukasi pyblik, aksi politik, dan kesempatan berkarir.
Secara acak dan lebih spesifik, dengan psikologi kesehatan ini dapat dijelaskan berbagai macam hal tentang kesehatan yang berhubungan dengan psikologi seperti manajemen stres, manfaat psikologis dari olahraga, treatment atas obesitas, efek psikoaktif obat-obatan, perawatan kecanduan alkohol, persepsi dan interpretasi gejala-gejala kesakitan, kepuasan konsultasi medis dan dampaknya, perilaku patuh pasien, proses pencarian bantuan ketika sakit, dampak psikologis yang dialami pasien karena opname, serta berbagai promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan atau edukasi. Juga yang berkaitan dengan berbagai macam penyakit seperti dasar psikologi dari darah tinggi, peran psikologi untuk pencegahan penyakit jantung, efek-efek psikologi yang dapat dialami penderita kanker, operasi plastik dan psikologi kesehatan, faktor dan perawatan psikologis penyakit kulit, aspek penanganan psikologis penderita asma, faktor psikologis pada diabetes, dan sebagainya.
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang berpengaruh emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Stres juga merupakan salah satu faktor yang amat mempengaruhi kesehatan manusia dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Maka dari itu penderita berbagai penyakit, salah satunyapenyakit jantung dapat dibantu dengan manajemen stress yang baik. Pernah dilaporkan suatu kejadian menakjubkan yang terjadi pada seorang seorang wanita dengan penyakit diabetes yang parah. Wanita tersebut pernah mengalami dua kali koma diabetes saat mengandung, harus mendapatkan penyuntikan insulin setiap lima belas menit akibat trauma akan kematian saudara laki-lakinya, dan kritis selama beberapa hari. Ketika ia akan melakukan aborsi ia meminta bantuan kepada seorang penghipnotis yang kemudian menghipnotis mentalnya. Penghipnotisan tersebut berfungsi untuk mengatur rasa sakit setelah operasi dilakukan sehingga stress saat pemulihan dapat diminimalisir. Hasilnya sangat mengejutkan karena sesudahnya kadar gula dalam darah pasien baik bahkan ia tidak memerlukan begitu insulin lagi dan selama sebeas bulan ia hanya memerlukan suntik insulin di beberapa waktu saja ketika ia terlalu stress. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek psikologis memang berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Sheridan, C. L., Radmacher, S. A. (1992). Health psychology: Challenging the biomedical model. Canada: Wiley
Smet, Bert. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo
================================================================================
———————————————— ^o^ SAY NO to PLAGIARISM! ^o^ ———————————————-
================================================================================
alhamdulillah nggak ada feedback lagi. Gile aje kalau suruh ngerevisi lagi +_+” so, ahaha akhirnya selesai sudah urusan kami sama Inkemas antrop.Thanksbanget atas kerjasama dan suka duka selama pengerjaan makalah ini bu koordinator, Flo, dan ceman-ceman sekelompok tercintah, Devika, Yuli, Arini, Dhesta, Caul, anakaceh, dan Sherly ;D
dan eeh ternyata eh ternyata suka duka kami bersembilan nggak cukup sampai di sini, ke depannya ternyata masih ada proyek yang lebih gedhe lagi di Inkemas sesi Sosiologi yang segalanya bagai bertolak belakang, mulai dari dosennya, suasana kelasnya, sampai tugasnya ;D tugasnya aaaa tugasnyaaaa, Eksperimen Garfinkel, aaaaaa tugas teruuuuuuuuuuuuuuunik yang nggak bakalan ditemui di fakultas lain manapun yang bikin ngakak yang bikin mental tertantang yang tak terlupakan deh pokonya. Ini entar si Yuli yang jadi korbannya, eh tokoh utamanya ;p seperti apakah itu semua? cekidot in ma next post ;p
***
Anyway, tulisan ini gue ketik pas gue masih semester 2 (ini gue pindahin doang dari blog gue yang putriekusuma.wordpress.com), pas gue masih belum terbiasa dengan tugas tugas kuliah macam begitu, jadi yaa gitu deh tulisannya, kkk. Kalau sekarang? Ah makin lama tugasnya makin banyak, sampai nggak ada waktu buat menggerutu, hahaha. Oya btw pada kurikulum baru 2012, Inkemas ini sudah tidak ada lagi teman-temannn.
alhamdulillah nggak ada feedback lagi. Gile aje kalau suruh ngerevisi lagi +_+” so, ahaha akhirnya selesai sudah urusan kami sama Inkemas antrop.Thanksbanget atas kerjasama dan suka duka selama pengerjaan makalah ini bu koordinator, Flo, dan ceman-ceman sekelompok tercintah, Devika, Yuli, Arini, Dhesta, Caul, anakaceh, dan Sherly ;D
dan eeh ternyata eh ternyata suka duka kami bersembilan nggak cukup sampai di sini, ke depannya ternyata masih ada proyek yang lebih gedhe lagi di Inkemas sesi Sosiologi yang segalanya bagai bertolak belakang, mulai dari dosennya, suasana kelasnya, sampai tugasnya ;D tugasnya aaaa tugasnyaaaa, Eksperimen Garfinkel, aaaaaa tugas teruuuuuuuuuuuuuuunik yang nggak bakalan ditemui di fakultas lain manapun yang bikin ngakak yang bikin mental tertantang yang tak terlupakan deh pokonya. Ini entar si Yuli yang jadi korbannya, eh tokoh utamanya ;p seperti apakah itu semua? cekidot in ma next post ;p
***
Anyway, tulisan ini gue ketik pas gue masih semester 2 (ini gue pindahin doang dari blog gue yang putriekusuma.wordpress.com), pas gue masih belum terbiasa dengan tugas tugas kuliah macam begitu, jadi yaa gitu deh tulisannya, kkk. Kalau sekarang? Ah makin lama tugasnya makin banyak, sampai nggak ada waktu buat menggerutu, hahaha. Oya btw pada kurikulum baru 2012, Inkemas ini sudah tidak ada lagi teman-temannn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar