Jumat, 07 Februari 2014

Globalisasi: Bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara



GLOBALISASI : BAGI KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
ESAI
Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran Kewarganegaraan
kelas dua belas semester dua tahun pelajaran 2010/2011




                                                                                                    















oleh
Putrie Kusuma Wardhani
22 / XII.RSBI-1


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURWOREJO
2011
Globalisasi : Bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
           
Berbicara mengenai globalisasi, teringat saya akan suatu ketika saat saya dihadapkan pada sebuah kondisi yang begitu menyenangkan : waktu senggang. Di mana? Di sebuah angkutan umum! Ya, apa sih yang bisa dilakukan seseorang di dalam sebuah angkutan umum? Baik, memang ”ada banyak hal”lah jawabannya. Di sana seseorang bisa membaca sebuah buku misalnya, dan bagi seorang pelajar –seperti saya- menghabiskan waktu di sana dengan mata memandang lekat ke berbaris-baris tulisan dan angka dari sebuah buku dengan sampul bertuliskan ”Fisika” pada salah satu sisinya memang akan begitu keren tampaknya, tampak sangat menghargai waktu dan memanfaatkan waktu yang ada. Namun bagaimana jika yang terjadi malah munculnya anggapan orang yang demikian ini ”anak nggaya, sok, pamer –kalau dia anak IPA, anak rajin, anak inilah, itulah-”. Bagaimana pun juga, pada kenyataannya justru hal demikianlah yang berpeluang besar akan terjadi. Lagi pula kali itu saya akan menuju ke sekolah yang pastinya segala tugas kelompok yang akan menguras otak dan tenaga telah setia menanti. Maka apalah yang lebih nikmat untuk dilakukan selain melihat keadaan sekitar. Tak banyak yang dapat dilihat di dalam, saya pandanglah apa-apa yang ada di luar angkutan umum sana. Sepanjang trotoar menjadi sasaran utamanya. Banyak hal yang dapat dilihat di sana, pejalan kaki, pedagang, dan sebagainya. Namun ada yang lebih menari perhatian saya. Dialah ibu-ibu yang tampaknya sedang menunggu angkutan umum juga yang asyik berbicara sendiri tanpa ada seseorang di sampingnya. Namun bukan berarti dia gila, ada handphone di genggaman tangannya. Dan ternyata ada puluhan pemandangan serupa berulang hanya di setiap jarak lima meternya, kurang lebih, dengan pelaku yang berbeda : bapak-bapak, mas-mas, mbak-mbak, dan tak ketinggalan remaja dan anak-anak. Dan saya ingat-ingat lagi, walaupun tinggal di desa, namun tak ada satu tetangga pun yang tidak memiliki HP walau hanya satu untuk orang serumah. Akibatnya, hanya untuk menanyakan hal-hal kecil pun mereka –atau kami- di era sekarang ini merasa cukup hanya dengan pesan singkat, tanpa harus bertatap muka. Padahal jika dipikir, apa pernah orang-orang Indonesia beramai-ramai menciptakan sebuah alat komunikasi bernama handphone itu? Sedangkan di sepanjang jalan beraspal pun dipenuhi oleh motor-motor dan mobil-mobil dengan berbagai merek yang “profil”nya tidak jarang muncul di televisi di sela-sela tayangan acara. Padahal mana ada motor atau mobil yang made in Indonesia”. Dan tentu ada ratusan hal senada yang dapat kita saksikan di bumi Indonesia di zaman sekarang ini. Sekarang ini, datang ke mal, pasar swalayan, atau bahkan di penjual buah di pinggir jalan, akan tampak tulisan-tulisan dengan huruf-huruf besar seperti “PIR CHINA”, “ASAM THAILAND”, “APEL MERAH WASHINGTON” yang terkesan amat diagung-agungkan melebihi manggis Kaligesing atau durian Bagelen. Begitu pula dengan pembelinya yang terlihat jauh lebih menginginkan membelinya. Di kota-kota, bahkan yang tidak besar sekalipun kini bisa kita saksikan berdiri bangunan dengan nama Mc Donald’s, Pizza Hut, California Fried Chicken,maupun  Kentucky Fried Chicken yang lebih digandrungi para remaja bila dibandingkan dengan warung lotek. Di kantin sekolah pun lebih banyak dijual snack, minuman, dan berbagai dagangan dengan merek Unilever, Danone, ataupun Nestle. Dan kini di tempat pemasok ayam pun tidak akan banyak kita temukan lagi bapak-bapak dengan pisau potong di tangannya melainkan alat pemotong ayam yang praktis dan mampu membuat ayam menjadi sedemikian rupa sehingga. Di tahu 2010 lalu, warga Indonesia di seluruh penjuru tanah air pun turut ikut serta dalam memeriahkan euforia piala dunia bersama jutaan penduduk di belahan bumi yang lain, bahkan meski timnas sendiri tidak turut serta dalam pertandingan itu. Dan baru-baru ini ketika Mesir sedang dihadapkan pada kondisi politik yang kacau yang kini sering mewarnai dunia pemberitaan Indonesia, pemerintah Indonesia pun ikut pula merasakan dampaknya dengan harus memulangkan WNI yang tersebar di sana. Dengan melihat itu semua, maka memang sangat tepat jika era sekarang ini dinamakan dengan globalisasi walaupun Sartono Kartodirjo berpendapat bahwa proses globalisasi sebenarnya merupakan gejala sejarah yang telah ada sejak jaman prasejarah.
            Globalisasi yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses masuknya ke ruang lingkup dunia, berasal dari kata globe atau global yang berarti dunia atau bola dunia sehingga dapat pula diartikan bahwa globalisasi adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara dan elemen-elemennya yang terjadi akibat dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi adalah proses meningkatnya aliran barang, jasa, uang dan gagasan melintasi batas-batas negara. Globalisasi adalah proses di mana perdagangan, informasi dan budaya semakin bergerak melintasi batas negara. Globalisasi adalah meningkatnya saling keterkaitan di antara berbagai belahan dunia melalui terciptanya proses ekonomi, lingkungan, politik, dan pertukaran kebudayaan. Atau dapat disimpulkan, globalisasi adalah hal-hal kejadian secara umum dan keseluruhan, yang berkaitan dengan dunia.
Beredarnya berbagai produk suatu negara di negara lain menandakan, bahwa antara negara satu dengan negara lain di dunia ini berada dalam saling ketergantungan dan sesungguhnya kita tidak dapat melepaskan diri dari keterikatan dengan bangsa atau negara lain. Pada umumnya globalisasi ekonomi didukung oleh liberalisme ekonomi, yang sering disebut dengan kapitalisme pasar bebas. Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan jasa. Perkembangan sistem ini  tidak berkembang sehat karena mengabaikan unsur etika dan moral, karena itu pemerintah harus ikut mengaturnya. Bagi negara-negara berkembang, hal tersebut merugikan karena produk dalam negerinya tidak akan mampu bersaing  dengan produk negara maju. Namun jika dilihat dampak  positifnya, globalisasi dapat mempermudah masyarakat dalam mendapatkan dan memenuhi kebutuhan mereka, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dan membuka lapangan kerja yang lebih memiliki fasilitas dan lebih profesional.
Dalam hal sosial budaya, globalisasi memberi dampak berdirinya lembaga-lembaga sosial baru (LSM), perubahan pola kerja, dan berkembangnya seni dan ilmu pengetahuan, namun juga menyebabkan meningkatnya individualisme, pergeseran nilai kehidupan dan tatanan masyarakat, serta membuat sebagian besar  generasi muda seperti meniru budaya asing, bersifat konsumtif  dan hedonisme.
Sedangkan dalam bidang politik, globalisasi menyebabkan perubahan sistem kepartaian, jaminan HAM, perubahan sistem ketatanegaraan, pemilihan anggota parlemen, pemilihan presiden, wapres, gubernur, bupati, walikota.
Ya, globalisasi memang telah datang dengan tidak hanya membawa berbagai dampak positif, namun juga dampak negatif yang tidak kalah banyaknya. Namun bagaimanapun juga, tampaknya tak ada seorang atau sebuah negara pun yang kuasa menolaknya. Maka yang dapat kita –para generasi muda khususnya- hanyalah berbenah diri, lebih giat belajar, dan tak kenal lelah dalam berjuang menghadapi persaingan global yang semakin memanas saja ini mengantarkan Indonesia menjadi negara yang lebih dan lebih maju lagi. Selangkah demi selangkah. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

oleh:
nama      : Putrie Kusuma Wardhani
no./kelas  : XII.RSBI-1
sekolah               : SMA Negeri 1 Purwoejo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar