GLOBALISASI : BAGI KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
ESAI
Disusun guna
memenuhi tugas mata pelajaran Kewarganegaraan
kelas dua
belas semester dua tahun pelajaran 2010/2011
oleh
Putrie Kusuma Wardhani
22 / XII.RSBI-1
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURWOREJO
2011
Globalisasi : Bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Berbicara mengenai
globalisasi, teringat saya akan suatu ketika saat saya dihadapkan pada sebuah
kondisi yang begitu menyenangkan : waktu senggang. Di mana? Di sebuah angkutan
umum! Ya, apa sih yang bisa dilakukan
seseorang di dalam sebuah angkutan umum? Baik, memang ”ada banyak hal”lah
jawabannya. Di sana seseorang bisa membaca sebuah buku misalnya, dan bagi
seorang pelajar –seperti saya- menghabiskan waktu di sana dengan mata memandang
lekat ke berbaris-baris tulisan dan angka dari sebuah buku dengan sampul
bertuliskan ”Fisika” pada salah satu sisinya memang akan begitu keren
tampaknya, tampak sangat menghargai waktu dan memanfaatkan waktu yang ada.
Namun bagaimana jika yang terjadi malah munculnya anggapan orang yang demikian
ini ”anak nggaya, sok, pamer –kalau
dia anak IPA, anak rajin, anak inilah, itulah-”. Bagaimana pun juga, pada
kenyataannya justru hal demikianlah yang berpeluang besar akan terjadi. Lagi pula
kali itu saya akan menuju ke sekolah yang pastinya segala tugas kelompok yang
akan menguras otak dan tenaga telah setia menanti. Maka apalah yang lebih
nikmat untuk dilakukan selain melihat keadaan sekitar. Tak banyak yang dapat dilihat
di dalam, saya pandanglah apa-apa yang ada di luar angkutan umum sana.
Sepanjang trotoar menjadi sasaran utamanya. Banyak hal yang dapat dilihat di
sana, pejalan kaki, pedagang, dan sebagainya. Namun ada yang lebih menari
perhatian saya. Dialah ibu-ibu yang tampaknya sedang menunggu angkutan umum
juga yang asyik berbicara sendiri tanpa ada seseorang di sampingnya. Namun
bukan berarti dia gila, ada handphone
di genggaman tangannya. Dan ternyata ada puluhan pemandangan serupa berulang
hanya di setiap jarak lima meternya, kurang lebih, dengan pelaku yang berbeda :
bapak-bapak, mas-mas, mbak-mbak, dan tak ketinggalan remaja dan anak-anak. Dan
saya ingat-ingat lagi, walaupun tinggal di desa, namun tak ada satu tetangga
pun yang tidak memiliki HP walau hanya satu untuk orang serumah. Akibatnya,
hanya untuk menanyakan hal-hal kecil pun mereka –atau kami- di era sekarang ini
merasa cukup hanya dengan pesan singkat, tanpa harus bertatap muka. Padahal
jika dipikir, apa pernah orang-orang Indonesia beramai-ramai menciptakan sebuah
alat komunikasi bernama handphone itu?
Sedangkan di sepanjang jalan beraspal pun dipenuhi oleh motor-motor dan
mobil-mobil dengan berbagai merek yang “profil”nya tidak jarang muncul di
televisi di sela-sela tayangan acara. Padahal mana ada motor atau mobil yang made in Indonesia”. Dan tentu ada
ratusan hal senada yang dapat kita saksikan di bumi Indonesia di zaman sekarang
ini. Sekarang ini, datang ke mal, pasar swalayan, atau bahkan di penjual buah
di pinggir jalan, akan tampak tulisan-tulisan dengan huruf-huruf besar seperti
“PIR CHINA”, “ASAM THAILAND”, “APEL MERAH WASHINGTON” yang terkesan amat
diagung-agungkan melebihi manggis Kaligesing atau durian Bagelen. Begitu pula
dengan pembelinya yang terlihat jauh lebih menginginkan membelinya. Di
kota-kota, bahkan yang tidak besar sekalipun kini bisa kita saksikan berdiri
bangunan dengan nama Mc Donald’s, Pizza Hut, California Fried
Chicken,maupun Kentucky Fried Chicken yang lebih
digandrungi para remaja bila dibandingkan dengan warung lotek. Di kantin
sekolah pun lebih banyak dijual snack, minuman, dan berbagai dagangan
dengan merek Unilever, Danone, ataupun Nestle. Dan kini di tempat pemasok ayam
pun tidak akan banyak kita temukan lagi bapak-bapak dengan pisau potong di
tangannya melainkan alat pemotong ayam yang praktis dan mampu membuat ayam
menjadi sedemikian rupa sehingga. Di tahu 2010 lalu, warga Indonesia di seluruh
penjuru tanah air pun turut ikut serta dalam memeriahkan euforia piala dunia
bersama jutaan penduduk di belahan bumi yang lain, bahkan meski timnas sendiri
tidak turut serta dalam pertandingan itu. Dan baru-baru ini ketika Mesir sedang
dihadapkan pada kondisi politik yang kacau yang kini sering mewarnai dunia
pemberitaan Indonesia, pemerintah Indonesia pun ikut pula merasakan dampaknya
dengan harus memulangkan WNI yang tersebar di sana. Dengan melihat itu semua,
maka memang sangat tepat jika era sekarang ini dinamakan dengan globalisasi
walaupun Sartono Kartodirjo berpendapat bahwa proses globalisasi
sebenarnya merupakan gejala sejarah yang telah ada sejak jaman prasejarah.
Globalisasi
yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses masuknya ke ruang
lingkup dunia, berasal dari kata globe atau global yang berarti dunia atau bola
dunia sehingga dapat pula diartikan bahwa globalisasi adalah sebuah perubahan
sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara dan elemen-elemennya yang
terjadi akibat dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi
yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi
adalah proses meningkatnya aliran barang, jasa, uang dan gagasan melintasi
batas-batas negara. Globalisasi adalah proses di mana perdagangan, informasi
dan budaya semakin bergerak melintasi batas negara. Globalisasi adalah
meningkatnya saling keterkaitan di antara berbagai belahan dunia melalui
terciptanya proses ekonomi, lingkungan, politik, dan pertukaran kebudayaan.
Atau dapat disimpulkan, globalisasi adalah hal-hal kejadian secara umum dan
keseluruhan, yang berkaitan dengan dunia.
Beredarnya berbagai produk
suatu negara di negara lain menandakan, bahwa antara negara satu dengan negara
lain di dunia ini berada dalam saling ketergantungan dan sesungguhnya kita
tidak dapat melepaskan diri dari keterikatan dengan bangsa atau negara lain.
Pada umumnya globalisasi ekonomi didukung oleh liberalisme ekonomi, yang sering
disebut dengan kapitalisme pasar bebas. Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi
yang mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan jasa. Perkembangan
sistem ini tidak berkembang sehat karena mengabaikan unsur etika dan
moral, karena itu pemerintah harus ikut mengaturnya. Bagi negara-negara
berkembang, hal tersebut merugikan karena produk dalam negerinya tidak akan
mampu bersaing dengan produk negara maju. Namun jika dilihat dampak
positifnya, globalisasi dapat mempermudah masyarakat dalam mendapatkan dan
memenuhi kebutuhan mereka, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dan membuka
lapangan kerja yang lebih memiliki fasilitas dan lebih profesional.
Dalam
hal sosial budaya, globalisasi memberi dampak berdirinya lembaga-lembaga sosial
baru (LSM), perubahan pola kerja, dan berkembangnya seni dan ilmu pengetahuan,
namun juga menyebabkan meningkatnya individualisme, pergeseran nilai kehidupan
dan tatanan masyarakat, serta membuat sebagian besar generasi muda seperti meniru budaya asing,
bersifat konsumtif dan hedonisme.
Sedangkan dalam bidang politik, globalisasi menyebabkan
perubahan sistem kepartaian, jaminan HAM, perubahan sistem ketatanegaraan,
pemilihan anggota parlemen, pemilihan presiden, wapres, gubernur, bupati,
walikota.
Ya, globalisasi memang telah
datang dengan tidak hanya membawa berbagai dampak positif, namun juga dampak
negatif yang tidak kalah banyaknya. Namun bagaimanapun juga, tampaknya tak ada
seorang atau sebuah negara pun yang kuasa menolaknya. Maka yang dapat kita
–para generasi muda khususnya- hanyalah berbenah diri, lebih giat belajar, dan
tak kenal lelah dalam berjuang menghadapi persaingan global yang semakin
memanas saja ini mengantarkan Indonesia menjadi negara yang lebih dan lebih
maju lagi. Selangkah demi selangkah. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi
bukit.
oleh:
nama : Putrie Kusuma Wardhani
no./kelas :
XII.RSBI-1
sekolah : SMA
Negeri 1 Purwoejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar