Nama : Putrie Kusuma Wardhani
No./kls: 22/XII.RSBI-1
Benzil bromida
(Bromometilbenzena)
Sifat
|
|
C7H7Br
|
|
171,04 g/mol
|
|
1,430 g/cm³
|
|
-3 °C
|
|
198-199 °C
|
Benzil bromida
|
|
Benzil bromida, atau α-bromotoluena, adalah senyawa organik yang mengandung cincin benzena yang bersubstituen gugus bromometil. Ia dapat dibuat dari brominasi toluena pada suhu kamar dan menggunakan mangan dioksida sebagai katalis heterogen. Ia adalah carian tak berwarna yang akan terurai dengan lambat dalam air.
Benzil bromida digunakan dalam sintesis organik untuk penambahan gugus
pelindung benzil untuk alkohol dan asam karboksilat.
Benzil bromida merupakan pemedik mata yang
sangat kuat, ia juga dapat mengiritasi kulit dan membran mukosa. Oleh karena
isfat-sifat inilah, ia pernah digunakan untuk keperluan peperangan. Benzil
bromida juga dapat digunakan sebagai bom gas air mata dengan lakrimator (zat
yang dapat merangsang hidung sehingga keluar air mata) tertentu.
Mengingat penggunaannya untuk keperluan
peperangan, maka dapat kita simpulkan bahwa benzil bromida ini dapat
menimbulkan dampak positif bagi salah satu pihak (yang terlibat dalam
peperangan) namun akan berdampak negatif bagi pihak yang lain jika terkena
pemedik mata yang sangat kuat ini. Mereka berpeluang mengalami iritasi kulit
dan membran mukosa yang dapat menyebabkan kondisi fisik tidak sebaik sebelumnya
dan akhirnya berujung pada sebuah kekalahan.
Benzil bromida dapat disintesis dengan
brominasi toluena:
Anak Bangsa Ciptakan Plastik Ramah Lingkungan Dari Lidah Buaya
Sudah
banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah
tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang
menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap
barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating,
gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat
militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah
menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu
barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan
dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol
air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan
penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai
makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung
Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi
plastik juga berisiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh
karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.
Plastik
dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga
beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita
harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.
Apakah
arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?
#1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai
untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air
mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan
bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk
air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat
baret-baret.
#2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol
susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan
hanya untuk sekali pemakaian.
#3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling
sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling
wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada
plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
#4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat
makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur
ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat.
Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk
tempat makanan.
#5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama
untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik
adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini
bila membeli barang berbahan plastik.
#6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,
tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan
styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine
berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga
bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang
pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
#7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat
makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa
mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Celakanyan masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan
simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu
lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut
lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.
Yang terbaik adalah
hindari sedapat mungkin penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan
keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari
juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan
karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa
mencemari air minum banyak orang.
Nah! ditengah kegalauan terhadap bahaya pemakaian barang-barang dari
plastik, seorang anak bangsa telah menemukan jalan keluarnya.
Jika selama ini kita mengenal tanaman lidah buaya sebagai bahan shampo atau
di Pontianak di buat sebagai bahan minuman khas dan makanan ringan, maka Humaira,
mahasiswi Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi dari Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya, menciptakan plastik ramah lingkungan terbuat dari
lidah buaya yang mudah terurai oleh tanah dalam waktu sepekan.
Hal
ini dilakukan karena plastik yang sudah terpakai kerap menimbulkan pencemaran
Ia menjelaskan, plastik sintetis merupakan bahan pengemas makanan yang
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, berasal dari
bahan-bahan sintesis, seperti selulosa asetat, polietilen, polipropilen,
poliamida, poliester, polivinil klorida (PVC), polivinil asetat dan aluminium
foil.
Plastik yang dibuat dari bahan-bahan tersebut bersifat non biodegradable alias
tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroorganisme di dalam tanah.
Tidak hanya itu saja, biasanya
plastik sintetis ditambahkan bahan pelembut (plasticizer)
agar tidak kaku dan tidak mudah rapuh. Bahan pelembut ini, sebagian besar
terdiri atas senyawa golongan ftalat (ester turunan dari asam ftalat).
Dimetoksi etil ftalat
(DMEP) yang termasuk dalam senyawa ester asam ftalat yang juga digunakan
sebagai bahan pelentur plastik pun diketahui bersifat toksik terhadap beberapa
jenis sel pada mamalia.. Beberapa penelitian juga melaporkan pengaruh ester
asam ftalat lain (dietilhexil ftalat-DEHP, dan dibutil ftalat-DBP) terhadap
molekul adhesi atau sitoskelet yang berperan untuk adhesi sel dengan pengaruh
dapat menurunkan jumlah sel hidup secara nyata jika dibandingkan dengan
kontrol, diduga dengan mekanisme yang melibatkan penghambatan aktivitas
proliferasi sel dan/atau peningkatan kematian sel dengan mempengaruhi adhesi
sel.
“Padahal, penggunaan plasticizers, seperti PCB dan DEHA dapat menimbulkan
kematian jaringan dan bersifat karsinogenik pada manusia,” ungkapnya.
Bagi Humaira, penelitiannya kali ini memberikan terobosan alternatif
melalui pengembangan plastik biodegradable
yang mudah didegradasi oleh mikroorganisme dalam tanah dan renewable (terbarukan).
Lebih lanjut dia mengemukakan, bahan yang digunakan untuk pembuatan plastik
biodegradabel ini antara lain pati lidah buaya, kitosan, dengan gliserol
sebagai plasticizer.
“Lidah buaya mengandung polisakarida yang dapat membentuk lapisan film
plastik yang memiliki sifat antibakteri, sedangkan kitosan mengandung protein
untuk memperkuat sifat mekanika atau kekuatan plastik, serta gliserol sebagai
plasticizer yang ramah lingkungan untuk memberikan kelenturan atau elastisitas
pada plastik,” tukas alumnus SMA Negeri 2 Jombang
tersebut.
Oleh karena itu, plastik biodegradable
dari lidah buaya ini memiliki keunggulan yaitu bersifat antibakteri dan mudah
didegradasi oleh mikroorganisme dalam tanah, paparnya.
Humaira juga mengatakan, plastik dari pati lidah buaya-kitosan dibuat
dengan variasi konsentrasi kitosan tiga persen, empat persen, lima persen, enam
persen, dan tujuh persen (b/v). Sedangkan konsentrasi lidah buaya dan gliserol
dibuat tetap yaitu lima persen (b/v) dan 10 mililiter.
Tentang
metode, ia menerangkan, metode yang digunakan dalam sintesis plastik dari lidah
buaya-kitosan, yakni “inverse fasa” dengan penguapan pelarut pada temperatur 60
derajat celcius.
“Untuk karakterisasi plastik ini meliputi pengukuran ketebalan, uji sifat
mekanik, uji `swelling`, penentuan morfologi dan uji sifat biodegradable,” paparnya.
Dari hasil penelitian, diperoleh nilai daya tarik prosentase
pemanjangan film plastik dan modulus yang optimal pada komposisi pati lidah
buaya dan kitosan 5 persen dibanding 7 persen (b/v), yaitu masing-masing
461,538 MPa, 6,2 persen, dan 744,416 MPa.
“Prosentase penggembungan (swelling) yang optimal diperoleh pada komposisi
plastik antara pati lidah buaya-kitosan lima persen dibanding empat persen
(b/v), dengan nilai 12,5 persen. Disamping itu, berdasarkan hasil Scanning
Electron Microscopy (SEM), dihasilkan morfologi film plastik yang rata dan
tidak berongga,” tutur Humaira menjelaskan.
Dalam uji biodegradable terhadap plastik dari lidah buaya-kitosan dengan
menggunakan bakteri EM4 menunjukkan bahwa film plastik terdegradasi dalam waktu
sepekan saja.
Kalau benar begitu, ditunggu
nih produksi massal plastik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar